Sabtu, 12 Maret 2011

kesenjangan sosial dan kemiskinan

KESENJANGAN SOSIAL – EKONOMI DAN KEMISKINAN DI INDONESIA YANG BELUM TERENTASKAN
Kemiskian memang bukan hanya menjadi masalah di Negara Indonesia, bahkan Negara majupun masih sibuk mengentaskan masalah yang satu ini. Kemiskinan memang selayaknya tidak diperdebatkan tetapi diselesaikan. Akan tetapi kami yakin : “du chocs des opinion jaillit la verite”. “ Dengan benturan sebuah opini maka akan munculah suatu kebenaran “. Dengan kebenaran maka keadilan ditegakkan, dan apabila keadilan ditegakkan kesejateraan bukan lagi menjadi sebuah impian akan tetapi akan menjadi sebuah kenyataan. Menurut Robert Chambers bahwa inti kemiskinan terletak pada kondisi yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :
1. Kemiskinan itu sendiri
2. Kelemahan fisik
3. Keterasingan atau kadar isolasi
4. Kerentaan
5. Ketidakberdayaan
Semua unsur itu terkait satu sama lain sehingga merupakan perangkap kemiskinan yang benar – benar berbahaya dan mematikan, serta mempersulit rakyat miskin untuk bangkit dari kemiskinannya. Menarik kita intip kembali masalah kemiskinan di Indonesia yang pada tahun 2005 jumlahnya 35,100 juta jiwa ( 15,97 % ), tahun 2006 jumlahnya 39,300 juta jiwa ( 17,75 % ), tahun 2007 berjumlah 37,130 ( 16,58 % ) ( sumber BPS ). Menurut World Bank penduduk Indonesia yang masih dibawah garis kemiskinan sebanyak 49 % pada tahun 2007 atau berpendapan di bawah 2 dollar AS per hari ( ketentuan garis kemiskinan versi World Bank ). Memang terjadi suatu perbedaan antara BPS dan World Bank, dikarenakan indicator yang digunakan untuk menghitung garis kemiskinan pun berbeda. Sampai sekarang masih terjadi perdebatan antara para pengamat ekonomi tentang metodologi penghitungan kemiskinan menurut BPS. Terlepas dari perdebatan tersebut kita tengah dipertontonkan fakta yang cukup menakutkan berupa angka kemiskinan yang masih sangat tinggi sekali.
Factor – factor internal dan eksternal orang miskin pun semakin membuat kehidupan yang mereka jalani semakin sulit. Adapun factor internal orang miskin diantaranya : tingkat pendidikan yang rendah, kebodohan, sikap apatis orang miskin terhadap segala kebijakan pemerintah, dll. Dan inilah ( factor internal ) yang selama ini dijadikan salah satu alasan pemerintah, mengapa kemiskinan sulit dientaskan. Sebetulnya masih ada factor eksternal yang seharusnya pemerintah juga memperhatikan dan mencermati, yang kami anggap juga tak kalah menyulitkan bagi orang miskin. Adapun factor eksternal diantaranya pembangunan yang selama ini tidak berpihak kepada orang miskin, distribusi pendapatan Negara yang tidak merata, penggusuran dengan / tanpa kompensasi, kesenjangan social – ekonomi. Kita memang mempunyai orang terkaya se- Asia Tenggara versi Globe Asia akan tetapi kita juga dihadapkan dengan fakta yang menyedihkan tentang meninggalnya seorang anak balita di Makassar karena tidak diperiksakan dan dirawat di rumah sakit setelah 1 bulan menderita sakit, dikarenakan tidak mampu membayar biaya kesehatan ( Kompas, 2/11 ). Ini lah salah satu wujud kesenjangan social – ekonomi yang sudah sangat parah. Menarik juga mengangkat tentang sertifikasi dan isu kenaikan gaji guru yang sekarang sedang menjadi bahan perbincangan di kalangan masyarakat. Tugas seorang guru memang berat dan penuh amanat, akan tetapi gaji seorang guru dengan golongan terendah sekalipun jikalau kita hitung masih diatas 2 dollar per hari. Dan mereka bukan termasuk salah satu dari 49% orang miskin versi World Bank. Dan saya rasa memang belum saatnya jikalau gaji guru dinaikkan, mengingat kondisi perekonomian di Negara kita dan ketakutan akan semakin lebarnya jurang kesenjangan antara yang Miskin dan tidak Miskin, masih sangat banyak orang di sekeliling kita yang berpenghasilan jauh dibawah 2 Dollar per hari, seperti: buruh tani, buruh pabrik, kuli, dan masih banyak lagi. Dengan dana pendidikan 20% dari APBN, alangkah baiknya pemerintah mengalokasikan dana tersebut untuk diprioritaskan pada sarana pendidikan baik dari infrastruktur sekolah, akses sekolah, biaya pendidikan yang terjangkau bagi orang miskin. Jikalau distribusi dana pendidikan lancar, niscaya jurang kesenjangan social – ekonomi yang Miskin dan Miskin akan berkurang. Dan andaikata para konglomerat ( termasuk para elite pemerintahan ), mau berkorban, mengabdi kepada rakyat niscaya akan tumbuh sebuah rasa “senasib sepenanggungan” sehingga akan tercipta apa yang dinamakan “sama rasa sama rata” sehingga akan mewujudkan sebuah masyarakat yang sosialis – demokratis. Suatu masyarakat yang menjunjung tinggi hak – hak azasi manusia tanpa adanya perbedaan kelas.

http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=9097825169619828070

Nama : Herlins Novianti
Kelas : 1EB05
NPM : 23210265

neraca pembayaran dan pendapatan NAS+GDPGNP

NERACA PEMBAYARAN (Pendapatan Perkapita, GDP, GNP, Inflasi dan Deflasi).

Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang meringkas transaksi-transaksi antara penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain selama jangka waktu tertentu. Neraca pembayaran mencakup pembelian dan penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan pemerintah  asing, dan transaksi finansial. Berikut ini pengertian dari Neraca pembayaran .Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk luar negri selama periode waktu tertentu. Neraca pembayaran secara esensial merupakan system akuntansi yang mengukur kinerja suatu negara. Pencatatan transaksi dilakukan dengan pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping system), yaitu tiap transaksi dicatat satu sebagi kredit dan satu lagi sebagai debit. Transaksi yang dicatat sebgai kredit adalh arus masuk valuta. Arus masuk valuta adalah trnsaksi-transaksi yang mendatangkan valuta asing, yang merupakan suatu peningkatan daya beli eksternal atau sumber dana. Sedangkan transaksi yang dicatat sebagi debit adalah arus keluar valuta. Arus keluar valuta adalah transaksi-transaksi pengeluaran yang membutuhkan valuta asing, yang merupakan suatu penurunan daya beli eksternal atau penggunaan dana.
Neraca pembayaran dapat  dibedakan menjadi beberapa katagori yaitu:
-          Transaksi berjalan (Current Accoount), yaitu bagian dai neraca pembayaran yang berisi arus pembayaran jangka pendek (mencatat transaksi eksport-import barang dan jasa), yang meliputi:
a)      Ekspor dan impor barang-barang dan jasa yang diperlakukan sebagai kredit impor barang jasa diperlakukan kembali sebagai debit.
b)      Net Investment Income tingkat bunga dan dividen diperlakukan sebagai jasa karena mempresentasikan pembayaran untuk penggunaan modal.
c)      Net Transfer (Transfer Unilateral), meliputi bantuan luar negeri, pemberian dan pembayaran lain antara pemerintah dan antar pihak swasta. Net Transfer bukan merupakan perdagangan barang dan jasa, atau dengan kata lain transaksi berjalan merangkum aliran dana antara satu negara tertentu denagan seluruh negara lain sebagai akibat dari pembelian barang-barang atau jasa, provisi income atas asset finansialatau transfer unilateral. Transaksi berjalan merupakan ukuran posisi perdagangan internasional yan luas. Defisit berjalan menjelaskan arus dana yang keluar suatu negara lebih besar dari dana –dana yang diterimanya. Transaksi berjalan umumnya digunakan untuk menilai neraca perdagangan. Neraca perdagangan secara sederhana merupakan selisih/perbedaan antara ekspor dan impor. Jika impor lebih tinggi dari ekspor, maka yang terjadi adalah deficit neraca perdagangan. Dan sebaliknya, jika ekspor lebih tinggi dari impor, yang akan terjadi adalah surplus. Sedangkan neraca jasa adalah neraca perdagangan ditambah jumlah pembayaran bunga kepada para investor luar negeri dan penerimaan dividen dari investasi di luar negeri, serta penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan dengan pariwisata dan transaksi-transaksi ekonomi lainnya.
-          Neaca modal (Capital Account), merupakan bagian dari neraca pembayaran yang mecerminkan perubahan-perubahan dalam kepemilikan asset jangka pendek dan jangka panjang seperti saham, obligasi dan real estate suatu negara, yang meliputi:
a)      Arus modal masuk tercatat sebagai kredit, karena suatu negara menjual asset berharga kepada pihak asing untuk memperoleh uang tunai.
b)      Arus modal keluar tercatat sebagai debit, karena suatu Negara membeli asset berharga dari pihak asing.
c)      Transaksi neraca modal diklasifikasikan sebagai infestasi portofolio, langsung atau jangka pendek. Untuk dapat membeli asset luar negeri diperlukan valuta asing, dengan demikian arus modal neto menggambarkan demand terhadap valuta asing. Nilai valuta asing ditentukan oleh demand valas untuk membeli barang-barang dan jasa dan demand terhadap valas untuk membeli asset. Neraca modal adalah ukuran investasi jangka pendek dan jangka panjang suatu negara, termasuk investasi langsung luar negeri dan investasi dalam sekuritas.
-          Cadangan Devisa Negara (Official Reserves Account), Mengukur perubahan-perubahan dalam cadangan internasional yang dimiliki oleh otoritas keuangan suatu negara. Hal ini mencerminkan surplus atau defisit transaksi-transaksi ekonomi neraca berjalan dan meraca modal suatu negara yang dihasilkan dengan cara mencari nilai selisih (netting) dari cadangan aset dan cadangan hutang. Cadangan devisa terdiri dari:

a)      Cadangan internasional yang terdiri dari emas dan aset luar negeri yang dapat diperdagangkan.
b)      Peningkatan dalam tiap aset tercatat sebagai debit.
c)      Penurunan cadangan aset tercatat sebagai kredit.

Pengertian Pendaatan Perkapita
Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB per kapita. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut. Pendapatan per kapita Indonesia pada 2008 mengalami peningkatan dibanding 2007 lalu. Badan Pusat Statistik mencatat sebesar Rp 21,7 juta atau setara dengan US$ 2.271,2 per orang per tahun. “Ini meningkat cukup besar 23,6 persen jika dibandingkan tahun 2007 sebesar Rp 17,5 juta atau setara US$ 1.942,1. Angka ini merupakan PDB total dibagi jumlah penduduk dibagi rata-rata kurs tahun 2008,” kata Kepala BPS Rusman Heriawan di Jakarta, Senin 16 Februari 2009. Dia menjelaskan, dalam penghitungan PDB per kapita tersebut, BPS menggunakan kurs realisasi ekpor dan impor, bukan kurs yang ditetapkan Bank Indonesia. “Jadi kurs sewaktu transaksi ekpor impor, karena untuk kegiatan ini kan lebih dominan memakai mata uang asing,” kata Rusman.BPS sebelumnya mencapat PDB Indonesia sepanjang 2008 sebesar 6,1 persen. Sedangkan triwulan IV 2008 sebesar 5,2 persen atau minus 3,6 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. “Secara year on year triwulanan memang jauh di bawah enam persen. Bahkan kalau dilihat dari q to q, minus 3,6 persen. Ini bukan surprise karena dalam tiga tahun terakhir, setiap triwulan IV memang selalu kontraksi. Jadi ini bukan sesuatu yang luar biasa,” kata Rusman. Rusman menjelaskan, pemerintah sepakat Indonesia sudah terkena dampak krisis pada triwulan IV 2008. Namun kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja. “Semua negara yang ekonominya ditunjang ekspor, seperti Singapura, Jepang, semuanya tidak ada yang mengatakan pertumbuhan ekonominya positif,” kata dia. Triwulan IV, hampir semua negara pertumbuhannya kontraksi. “Cuma kepararahannya, barangkali Indonesia masih lebih baik. Jadi Amerika kena duluan, kemudian negara-negara yang punya hubungan dengan Amerika, ramai-ramai mengumumkan pertumbuhannya kontraksi,” kata dia.
Inflasi dan Deflasi di Indonesia
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Inflasi dan perekonomian Indonesia sangat saling berkaitan. Apabila tingkat inflasi tinggi, sudah dipastikan akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, dimana akan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi.Seangkan deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang beredar. Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan menaikkan tingkat suku bunga.Inflasi di Indonesia diumpamakan seperti penyakit endemis dan berakar di sejarah. Tingkat inflasi di Malaysia dan Thailand senantiasa lebih rendah. Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman Presiden Soekarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak prudent (“kalau perlu uang, cetak saja”). Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan inflasi – akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, antara lain oleh karena Bank Indonesia masih punya misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas. Baru di zaman reformasi, mulai di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia mengutamakan penjagaan nilai rupiah. Tetapi karena sejarah dan karena inflationary expectations masyarakat (yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada sejarah) maka “inflasi inti” masih lebih besar daripada 5 persen setahun.Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah ditahun 1997 dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang 7,8 persen. Kondisi keamanan yang belum kondusif akan sangat memengaruhi iklim investasi di Indonesia. Mungkin hal itulah yang terus diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini sangat berhubungan dengan aktivitas kegiatan ekonomi yang berdampak pada penerimaan negara serta pertumbuhan ekonominya. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan kapita akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar negeri.Namun semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar telah kondusif. Kebijakan pemerintah saat ini didalam pemberantasan terorisme, serta pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator makro ekonomi menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara akan menjadi prioritas utama bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas ekonomi sedang berlangsung dengan baik pada negaranya.

http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=9097825169619828070
Nama : Herlins Novianti
Kelas : 1EB05
NPM : 23210265